• Bagi para pembaca berita dan riset politik, nama Rico Marbun, mungkin sudah tidak asing lagi, Ya, Rico Marbun adalah pengamat dan konsultan politik yang saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (MEDIAN).

    Rilis-rilis Rico Marbun melalui lembaganya sudah sering terdengar di berbagai media. Rico sering membuat penelitian tentang isu isu politik terkini, rilis terakhirnya tentang survei Calon Presiden dan wakil Presiden 2019 mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat Indonesia.

    Pria kelahiran balik papan 24 Maret 1981 ini sering menjadi nara sumber di beberapa media massa dan memberikan pencerahan terkait dengan kondisi politik kekinian. Rico Marbun sering kali dimintai pendapatnya tentang kondisi politik, juga diminta menjelaskan berbagai temuan dari lembaga survei MEDIAN yang ia pimpin.

    Tidak hanya itu, tulisan tulisan opininya juga seringkali muncul di beberapa media massa. Diantaranya:

    Opini tentang setahun Jokowi (https://news.detik.com/kolom/3049378/setahun-jokowi-saatnya-bentuk-parpol-pro-jokowi)

    Opini tentang isu pergantian pimpinan DPR (https://news.detik.com/kolom/d-3101224/kocok-ulang-pimpinan-dpr-mungkinkah).

     

    Sudah Aktif Sejak Mahasiswa

    Sebagaimana berlian yang kuat dan berkilau setelah ditempa. Begitu juga dengan Rico Marbun, ia bukanlah tokoh yang tiba-tiba muncul, pemikirannya yang matang tetang politik Indonesia sudah ditempa sejak mahasiswa, ia pernah menjadi ketua Senat Fakultas MIFA jurusan FISIKA UI, kemudian menjadi Ketua BEM Universitas Indonesia tahun 2002/2003.

    Aktivitas-aktivitas politik semasa menjadi mahasiswa sudah banyak dilakukan, BEM Universitas Indonesia yang Rico Marbun pimpin sering terlibat aktif memberikan masukan-masukan terhadap pemerintah.

    Saat menjabat menjadi Ketua BEM UI, Rico Marbun memang kerap memimpin beberapa demonstrasi diantaranya demonstrasi melawan korupsi dan demonstrasi anti konglomerat hitam saat itu.

     

    Dari aktivis menjadi pengamat Politik

    Kini, aktifitas rico sudah berubah, dari seorang aktivis, menjadi pengamat politik. Beberapa rilisnya kerap membuka mata publik, bahwa fenomena baru sedang terjadi pada masyarakat Indonesia.

    Saat pilkada DKI 2017 lalu misalnya, Rico Marbun menemukan fenomena menguatnya sentiment agama dan munculnya kelompok anti-Ahok pada Pilkada DKI 2017. Dengan dasar ini pula Rico Memprediksikan akan terjadinya pilkada DKI dua putaran, dan adanya kemungkinan Ahok akan kalah diputaran kedua.

     

    Banyak pro kontra tentang prediksi Rico Marbun tersebut. Namun, Faktanya apa yang sudah diprediksikan oleh Rico Marbun melalui surveinya ini, terjadi, tepat dan akurat. 


    Silakan baca disini: (
    https://www.okenews.com/akurasi-survei-rico-marbun-median-berkaca-dari-pilgub-dki/)

    Tentu, akurasi dan tepatnya hasil survei Rico Marbun ini bukan tanpa alasan, pengalaman Rico Marbun dan pemahamannya tentang kondisi politik Indonesia, menjadikannya mampu membuat prediksi berdasarkan data-data ilmiah dari hasil survei politik.

    Rilis rilis surveinya tidak hanya tentang pilres/pilkada, beberapa kali ia juga melakukan survei opini publik tentang berbagai isu. Seperti kepuasan masyarakat terhadap pemerintah, survei tentang isu-isu sosial, dan lain sebagainya. Tujuannya tentulah ingin menyampaikan aspirasi masyarakat yang terpotret oleh Rico Marbun melalui lembaga survei yang ia pimpin (MEDIAN).

    Selain itu, rilis survei yang dilakuan oleh Rico Marbun ini dapat menjadi masukkan bagi pemerintah untuk menaikkan kembali kinerjanya agar sesuai dengan keinginan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, pemerintah mendapatkan data tambahan yang pastinya akan sangat berguna untuk instrospeksi dan melakukan kebijakan yang tepat untuk masyarakat.

     

    Kontribusi Dengan Cara yang Berbeda

    Rico Marbun memang bukan lagi seorang aktivis. Namun, tetap saja, narasinya adalah narasi konstruktif memberikan masukan kepada masyarakat, pemerintah dan politikus negeri ini bagaimana seharusnya bersikap.

    Hingga saat ini, Rico Marbun memang belum pernah mencalonkan diri baik di legislatif maupun eksekutif.  Aktivitasnya banyak dilakukan di lembaga riset, selain itu ia juga sempat menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi dalam Negeri.

    Demikianlah, Rico Marbun tetaplah Rico Marbun, seperti halnya sebuah berlian, saat sudah ditempa ia akan terus berkilau. Begitu juga dengan Rico Marbun, ia tetap konsisten memberi masukan terhadap pemerintah dan membuka mata masyarakat dengan hasil risetnnya.

    Rico Marbun tetap berkontribusi meski dengan cara yang sama sekali berbeda. Jika dulu masukan disampaikan melalui kritik dan aksi jalanan, hari ini masukan dilakukan melalui rilis hasil survei melalui lembaga yang ia dirikan (MEDIAN). Tujuannya tetap sama, untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik, maju dan sejahtera.

    Bagi pembaca yang penasaran dengan rilis rilis lembaga survei MEDIAN milik Rico Marbun ini, anda tinggal mengunjungi websitenya di www.median.or.id 

     


    votre commentaire
  • Media Survei Nasional (Median) lembaga survei yang dipimpin oleh Rico Marbun baru saja menggelar survei elektabilitas untuk capres-cawapres tahun 2019. Dalam survei yang dilakukan pada 24 Maret-6 April 2018 ini. Median melakukan simulasi tokoh-tokoh nasional dipasangkan dengan tokoh lainnya yang selama ini banyak dibicarakan sebagai kandidat.


    Adapun, nama-nama yang masuk kedalam survei Median antara lain, Capres: Joko Widodo, Prabowo, dan Agus Harimurti Yudhoyono. Sedangkan Cawapres: Muhaimin Iskandar, Wiranto, Chairul Tanjung, Zulkifli Hasan, Anis Baswedan, Gatot Nurmantyo, TGB Zainul Majdi, dan Anis Matta.

    Adapun hasilnya, dalam skenario tiga pasangan duet Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) jadi pasangan dengan elektabilitas tertinggi.

    "Dalam skenario tiga pasangan, pasangan Joko Widodo yang paling tinggi memperoleh dukungan masyarakat adalah Joko Widodo-Muhaimin Iskandar dengan 41,3 persen," kata Direktur Riset Median Sudarto saat merilis hasil survei di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (16/4/2018).

    Hal ini tentu tidaklah mengejutkan, Cak Imin merupakan tokoh yang sudah mempunyai basis massa di kalangan Nahdatul Ulama. Ia jadi salah satu tokoh yang dapat diterima dikelompok Islami.   

    Sedangkan  ketua umum Ketum Gerindra Prabowo Subianto yang selama ini disebut sebagai lawan terkuat Jokowi,  Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menjadi tokoh paling potensial dengan elektabilitas tertinggi dibandingkan jika Prabowo dipasangkan dengan calon lainnya. Prabowo-Anis Baswedan berada di posisi teratas dengan 33,9 persen.

    "Yang kedua, di sisi Prabowo Subianto jika dipasangkan dengan Anies Baswedan dia akan mendapatkan elektabilitas paling tinggi, yaitu 33,9 persen. Jadi Pak Prabowo, menurut hasil survei kami, paling tinggi elektabilitasnya jika dipasangkan dengan Anies Baswedan," ungkapnya.

    Selain memasangkan Jokowi dan Prabowo, lembaga yang dipimpin oleh Rico Marbun ini juga menguji Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai capres. Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono ini memang sedang gencar dipromosikan sebagai kandidat Capres 2019, spanduknya tersebar di berbagai billboard.

    Seperti halnya Prabowo, dalam simulasi yang dilakukan oleh Median, AHY juga meraih elektabilitas tertinggi jika dipasangkan dengan Anies Baswedan.

    "Di kubunya AHY, AHY mendapatkan elektabilitas yang paling tinggi jika berpasangan dengan Anies Baswedan, angkanya berada pada 8,2 persen," ucap Sudarto.

    Tampaknya Anis Baswedan menjadi tokoh cawapres yang paling pas bagi lawan Jokowi. Mantan mendikbud pemerintah Jokowi yang kini jadi gubernur DKI ini mampu membatu lawan Jokowi untuk mencapai elektabilitas maksimal.

    Lantas bagaimana jika terjadi lagi head to head Jokowi vs Prabowo seperti pada pilpres 2014 lalu?

    Menurut lembaga survey yang dipimpin oleh Rico Marbun ini,  dalam kondisi head to head, elektabilitas Jokowi-Cak Imin akan kembali unggul melawan Prabowo dengan siapapun dia berpasangan.

    "Adapun dalam skenario dua pasangan,  maka pasangan Joko Widodo mendapat elektabilitas tertinggi yang mendapatkan dukungan masyarakat jika dipasangkan dengan Muhaimin Iskandar, yaotu berada diangka 41,9 persen," sebutnya.


    Seperti yang sudah disebutkan di atas survei tentang Capres dan Cawapres yang dilakukan Median ini pengambilan datanya dilakukan pada 24 Maret-6 April 2018. Dengan demikian maka, hasil survei hanya menggambarkan realitas politik saat pengambilan data berlangsung saja.

    Lembaga yang dipimpin oleh Rico Marbun ini melakukan survei terhadap 1.200 responden, yaitu warga Indonesia yang memiliki hak pilih dengan margin of error sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel survei dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.

    Hasil ini tentunya dapat dijadikan acuan bagi kandidat untuk memilih cawapres yang tepat,  bagaimanapun pemilihan cawapres menjadi salah satu penentu dalam memperoleh tambahan suara saat pilpres nanti.

    Apa lagi, pilpres akan berlangsung berbarengan dengan proses pemilu legislatif. Apapun yang dilakukan nanti, tentunya akan saling mempengaruhi hasil akhir. Pilpres akan sangat berpengaruh terhadap elektabilitas partai, begitu juga partai, akan sangat berpengaruh terhadap elektabilitas calon Presiden.

    Tampaknya para kandidat harus lebih wise dan waspada dalam memilih pasangan yang tepat. 


    votre commentaire
  • Menurut Rico Marbun elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedikit demi sedikit semakin menurun, fakta ini ia peroleh berdasarkan hasil survei lembaga yang ia pimpin Media Survei Nasional (Median) pada bulan Februari 2018.

    Pada februari 2018, posisi elektabilitas Jokowi ternyata masih jauh dari 50,0 persen, yaitu berada pada angka 35,0 persen. Elektabilitas Jokowi mengalami penurunan jika dibandingkan oktober 2017 lalu, elektabilitas Jokowi turun 1,2 persen dari 36,2 persen pada Oktober 2017.

    Lalu sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa, sebagai incumbent elektabilitas Jokowi justru mengalami penurunan? Berikut adalah penjelasan dari Rico Marbun tentang alasan dibalik turunya elektabilitas Jokowi.

    Survei Rico Marbun: Masalah Ekonomi menjadi Penyebab

    Ekonomi dalam akhir-akhir ini memang menjadi perhatian publik, harga sembako, listrik, yang merupakan kebutuhan dasar, dianggap semakin mahal oleh masyarakat, meraka bahkan menyuarakan keresahannya di media sosial.

    Sepertinya keresahan masyarakat akan kondisi ekonomi itu, juga terportret oleh surveinya Rico Marbun. Menurut hasil survei Median, ketidapuasan masyarakat terhadap perekonomian Indonesia di bawah kepempimpinan Jokowi masih tinggi. Sebanyak 37,9 persen responden menilai Presiden Jokowi belum mampu mengatasi masalah ekonomi. Ini lah yang menyebabkan masyarakat menjadi resah.

    Saat survei dilakukan, mayoritas publik menilai kesenjangan ekonomi di Indonesia semakin tinggi. Masyarakat didera beberapa masalah ekonomi seperti sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan harga bahan pokok, hingga tarif dasar listrik yang semakin mahal, realita ini membuat masyarakat memberikan penilaian buruk terhadap pemerintah.

    Dari hasil survei Median ini jelas bahwa ketidak puasan masyarakat terhadap masalah ekonomi yang dinilai belum bisa diselesaikan oleh Pemerintah menjadi latar belakang atau penyebab turunya elektabilitas Jokowi.

     

    Perbaikan Infrastruktur vs Masalah Ekonomi

    Apa yang ditemukan oleh lembaga survei Median pimpinan Rico Marbun tadi, tentunya harus menjadi warning bagi Jokowi, karena fakta dilapangan menunjukkan bahwa masalah ekonomi yang dirasakan masyarakat saat ini berdampak cukup signifikan terhadap elektabilitas Jokowi. Adapun perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang selama ini dikerjakan dan di promosikan oleh Pemerintah Jokowi tidak serta merta membantu menaikkan elektabilitas Jokowi.

    Bagaimanapun, masalah ekonomi adalah masalah dasar masyarakat. Perbaikan infrastruktur mungkin baik untuk perbaikan ekonomi jangka panjang di masa yang akan datang, karena dengan adanya akses jalan yang baik, akan mempermudah masuknya barang ke daerah-daerah di Indonesia dan akan berdampak pada turunya harga komoditas di masa depan.

    Namun, keperluan jangka pendek juga perlu diperhatikan, keluhan masyarakat akan masalah ekonomi harus segera diatasi, jika tidak, bukan tidak mungkin para penantang akan menyalip elektabilitas Jokowi.

     

    Penantang Siap Menyalip

    Seperti yang kita ketahui bersama, pilpres tinggal satu tahun lagi, elektabilitas Jokowi yang masih dibawah 50% tentunya akan menjadi warning bagi Jokowi dan angin segar bagi para penantang. Bagi incumbent elektabilitas dibawah 50% bisa dianggap rawan, karena ini menunjukkan adanya ketidakpuasan publik terhadap pemerintahannya selama ini.

    Penantang terdekat seperti Prabowo, tentunya dapat memanfaatkan publik yang tidak puas untuk dijadikan pendukungnya. Peluang masih sangat terbuka untuk memenangkan pertarungan melawan incumbent. Selain Prabowo, ada Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang juga masuk kedalam jajaran terdekat penantang Jokowi. 

    Masih banyaknya masyarakat yang belum memutuskan memilih Jokowi pada pilpres 2019 nanti menjadi hal yang perlu diperhatikan Jokowi jika ingin kembali maju menjadi Presiden RI periode-2 nanti.  Karena jika lawan politik berhasil memanfaatkan situasi ini dan merubah persepsi masyarakat yang belum mau memilih jokowi menjadi anti jokowi tentu akan semakin berdampak buruk terhadap peluang Jokowi menang di periode ke-2.

    Munculnya gerakan seperti #2019GantiPresiden yang akhir akhir ini marak menunjukkan indikasi mulai munculnya gerakan anti Jokowi atau asal bukan Jokowi. Jika ini terus dikapitalisasi oleh lawan politik Jokowi, bukan tidak mungkin elektabilatas Jokowi akan semakin terjun bebas jelang pilpres 2019.

    Lantas apa yang harus dilakukan?

    Jika kita melihat hasil survei lembaga Median pimpinan Rico Marbun yang sempat kami bahas di atas, maka salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Jokowi adalah memperbaiki ekonomi bangsa, karena hal itu menjadi salah satu penyebab suara Jokowi menurun.

    Jokowi sebaiknya mulai berusaha menurunkan harga sembako, menurunkan tarif dasar listrik, membuka lapangan kerja dan memperbaiki kinerja perekonomian jangka pendek yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, tentunya perbaikan infrastruktur tetap dilanjutkan. Dengan ini bukan tidak mungkin elektabilitas Jokowi akan kembali meroket.


    votre commentaire
  • Pada zaman sekarang ini sudah tidak asing lagi jika kita mendengar kata - kata tentang Tutorial Cara Download Dan Install Game Dan Aplikasi Pada Android Atau Pc, Cara Internet Gratis Android Atau Pc, Gambar Dp Bbm Dan Harga Spesifikasi. Dari semua itu malahan sudah menjadi kebutuhan bagi kita semua. Namun anda semua tidak usah khawatir mengenai semua ini. Disini kami menyajikan beberapa tips dan trik android diwebsite kita ini.

     

    Belakangan ini banyak sekali orang - orang yang mecari tentang Tutorial Cara Download Dan Install Game Dan Aplikasi Pada Android Atau Pc, Cara Internet Gratis Android Atau Pc, Gambar Dp Bbm Dan Harga Spesifikasi. Jika anda mengkaji lebih dalam disini, maka anda akan menemukan semuanya yang anda cari tersebut ada disini.

     

    Disini kami menyediakan berbagai macam kebutuhan yang anda cari seperti diantaranya adalah sebagia berikut yaitu Tutorial Cara Download Dan Install Game Dan Aplikasi Pada Android Atau Pc, Cara Internet Gratis Android Atau Pc, Gambar Dp Bbm Dan Harga Spesifikasi dan lainnya masih banyak lagi. Maka dari itu kami menyarankan untuk anda semua agar melihat lebih lanjut update an terbaru yang kami update.

     

    Sekian dari kami mengenai Android, PC Serta Aplikasi. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf dan atas perhatiannya serta patisipasi anda dalam berkunjung kami ucapkan Terima Kasih.


    votre commentaire
  • Median Survei Nasional, (MEDIAN) menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih menjadi dua tokoh terkuat sebagai kandidat calon presiden pada Pemilihan Presiden 2019.

     

    Seperti dijelaskan saat konfrensi pers, Media Survei Nasional (Median) melakukan survei pada 24 Maret-6 April 2018, berdasarkan temuan dilapangan, elektabilitas Jokowi mengalami kenaikan, sedangkan Prabowo menurun. Meski begitu, keduanya masih jauh diatas kandidat lainnya.

     

    Lembaga yang dipimpin oleh Rico Marbun ini kembali menanyakan pertanyaan semi terbuka tentang presiden pilihan masyarakat. Survei ini menanyakan kepada responden, "Jika pemilihan presiden dilakukan saat ini, siapakah yang Anda pilih menjadi Presiden RI?"

     

    Surveyor kemudian menyodorkan 45 pilihan nama Calon Presiden kepada responden. Namun, responden juga bisa menyebutkan tokoh pilihannya jika tak ada dalam daftar 45 nama yang disediakan.

     

    Hasilnya, Jokowi memang masih menjadi pemuncak klasemen dengan angka 36,2 persen. Sementara Prabowo menjadi runer up terdekat dengan meraih 20,4 persen.

     

    Sedangkan calon lainnya masih berada dibawah angka 10%, diantaranya Gatot Nurmantyo (7 persen), Jusuf Kalla (4,3 persen), Anies Baswedan (2 persen), Muhaimin Iskandar (1,9 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (1,8 persen), Anis Matta (1,7 persen), Hary Tanoesoedibjo (1,6 persen), TGB M Zainul Majdi (1,5 persen), dan Yusril Ihza Mahendra (1 persen).

     

    Menurut MEDIAN, jika dibandingkan dengan data hasil survei sebelumnya, elektabilitas Jokowi mengalami kenaikan dibandingkan dengan Februari 2018. Ya, Jokowi mengalami kenaikkan elektabilitas sebesar 1,2 persen, elektabilitas Jokowi naik dari 35,0 persen menjadi 36,2 persen. Sementara elektabilitas rival Jokowi malah turun. Prabowo turun 0,8 persen dari 21,2 persen menjadi 20,4 persen.

     

    Lalu, sebenarnya apa yang menyebabkan elektabilitas Jokowi menaiki peningkatan?


    Berdasarkan hasil survei Median, elektabilitas Jokowi mengalami peningkatan karena naiknya angka kepuasan terhadap kinerja pemerintah. Terjadi peningkatan kepuasan sedikit dibandingkan dengan Februari lalu. Kepuasanya ini, meningkat karena banyak infrastruktur yang sudah selesai dan dirasakan masyarakat.

     

    Tampaknya memang, keberhasilan Infrastruktur dapat menjadi andalan Jokowi untuk mendapatkan respon positif dari masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh lembaga pimpinan Rico Marbun (MEDIAN). Menurut Median apabila semakin banyak infrastruktur yang selesai menjelang 2019 dan manfaatnya langsung dirasakan masyarakat, maka, elektabilitas Jokowi akan semakin meningkat.

     

    Lalu, kenapa elektabilitas Prabowo menurun?

     

    Menurut Median, elektabilitas Prabowo mengalami penurunan karena berbagai komentar kontroversialnya di publik dan karena saat survei dilaksanakan Prabowo belum mendeklarasikan diri menjadi Capres. Saat survei berlangsung, masyarakat masih belum tau kepastian dan kesiapan Prabowo.

     

    Seperti yang kita ketahui, Prabowo baru menyatakan kesiapannya menjadi capres dalam rakornas Gerindra, 11 April lalu. Sementara data survei diambil terakhir pada 6 April. Jadi, efek deklarasi Prabowo belum terhadap elektabilitasnya belum terlihat dalam survey ini.

     

    Seperti yang sudah dijelaskan, Media Survei Nasional (MEDIAN), lembaga yang dipimpin oleh Rico Marbun ini dilaksanakan mulai tanggal 24 Maret-6 April 2018.  Median mensurvei 1.200 responden, seluruhnya adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih.

     

    Dengan sampel sebesar 1.200 responden ini margin of error survei adalah plus minus 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.

     

    Dari data hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei pimpinan Rico Marbun ini memang dapat disimpulkan bahwa kontestasi masih dipegang oleh dua sosok, yaitu Jokowi dan Prabowo. Dimana Jokowi masih memimpin dan mengalami peningkatan sedangkan Prabowo menurun. Namun, penurunan yang dialami Prabowo ini bisa jadi mengalami perubahan setelah masyarakat mengetahu deklarasi yang dilakukan Prabowo.

     

    Sementara kandidat-kandidat lainnya belum menjadi pesaing serius kedua tokoh tersebut, dengan elektabilitas dibawah 10%, pesaing Jokowi selain Prabowo masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak untuk menjadi pesaing serius. Peluang yang masih memungkinkan adalah menjadi Cawapres Jokowi atau Prabowo.

     

    Namun, seperti kita ketahui Pilpres masih tahun depan (2019), masih ada cukup waktu untuk kandidat lainnya melakukan pergerakan pergerakan positif guna menaikkan elektabilitasnya, jika ingin serius menjadi Presiden RI 2019.


    votre commentaire